Home / Uncategorized

Rabu, 8 Februari 2023 - 18:16 WIB

Ngobrol Pintar, FJPI Serukan Stop Kekerasan Pada Perempuan

JAYAPURA, Kumparanpapua.com – Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Papua menggelar Ngopi (ngobrol pintar) Bareng FJPI dengan mengambil tema “Perempuan Tanpa Kekerasan”.

Ngopi Bareng FJPI Papua digelar di Kafe Kultur Sentani, Provinsi Papua, Selasa (7/2) dengan narasumber Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Jayapura Hana Hikoyabi, Direktur LBH Apik Jayapura Nuraida Duwila dan Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jayapura, Aipda Fransiska Paiki.

Ketua FJPI Papua, Kornelia Mudumi menuturkan, digelarnya kegiatan tersebut dilatarbelakangi kasus kekerasan terhadap perempuan yang selalu meningkat di Papua, salah satunya di Kabupaten Jayapura.

“FJPI berharap kolaborasi bersama antar semua pihak dapat menekan angka kekerasan di Papua, termasuk di Kabupaten Jayapura,” ujarnya.

Dalam pemaparannya, Aipda Fransiska menjelaskan selama 2022, laporan kekerasan yang dilaporkan ke Polres Jayapura sebanyak 53 kasus dan 30 kasus diantaranya korbannya adalah perempuan. Sedangkan untuk KDRT sepanjang 2022 jumlahnya tiga kasus.

Baca Juga :  Hari Pengayoman ke-80, Kanwil Kemenkum Pabar Teguhkan Komitmen Reformasi Hukum

“Kebanyakan kekerasan ataupun penganiayaan yang dialami perempuan dilatarbelakangi tidak memiliki hubungan status pernikahan yang sah, misalnya ‘kumpul kebo’ yang berimbas perempuan sebagai korban tak dinafkahi hingga mengakibatkan penganiayaan,” jelasnya.

Kekerasan yang dialami perempuan dalam rumah tangga juga dilatarbelakangi masalah pendidikan yang minim, ekonomi hingga terjadi penganiayaan kepada perempuan.

“Kasus KDRT di Kabupaten Jayapura ada yang sudah masuk ke meja hijau (pengadilan). Pelakunya laki-laki yang memiliki wanita idaman lain (WIL), sang istri tak dinafkahi. Pelaku memiliki jabatan di kantornya,” katanya.

Sementara itu, Nona Duwila menyebutkan, perempuan dan laki-laki hanya dibedakan dengan jenis kelamin. Sedangkan peranan dalam kehidupan sama. Namun, trend saat ini justru dilihat dari sisi budaya, perempuan tak boleh melebihi laki-laki dan selalu dianggap rendah.

Baca Juga : 

“Budaya patriarki ini selalu menimbulkan kekerasan karena masih minimnya pemahaman gender. Ketika perempuan tak berdaya, tak memiliki pekerjaan dan hal lainnya, dilihat sebagai makhluk lemah. Sehingga, perempuan harus lebih berdaya,” katanya.

Sekda Kabupaten Jayapura Hana Hikoyabi justru melihat trend kekerasan saat ini ada juga yang pelakunya dari perempuan.

Untuk meminimalisir kekerasan perempuan, Hana meminta adanya sosialisasi pada tingkat rumah ibadah seperti Masjid dan Gereja untuk secara terus menerus diingatkan tak boleh melakukan kekerasan di dalam rumah tangga, termasuk kepada perempuan dan anak.

“Baik juga jika diberikan pendidikan dari kurikulum muatan lokal (mulok) di sekolah-sekolah, bagaimana meminimalisir kekerasan. Termasuk menciptakan sekolah ramah anak,” katanya. (KP-02)

Share :

Baca Juga

MANOKWARI

Mandenas: Jangan Biarkan Wasirawi Jadi Tambang Liar

Uncategorized

Orari Lokal Manokwari Laksanakan Muslok IV Pilih Ketua Baru

MANOKWARI

MANOKWARI

PELNI Manokwari Sosialisasi Pelni Mobile di MCM, Tingkatkan Kemudahan Pembelian Tiket

MANOKWARI

Yayasan Aderi Perempuan Papua Gelar Pelatihan Merajut Noken

MANOKWARI

Suara Mahasiswa: BEM Polbangtan Manokwari Nyatakan Penolakan RKUHP

MANOKWARI

Bulan Ramadhan, Kantor Perwakilan BI Papua Barat Gelar Kick Off SERAMBI 2024

Papua

Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan dalam LKPJ Walikota Jayapura Tuai Sorotan dari Panja DPRD