MANOKWARI— Advokat dan mantan ketua umum DPD Partai Solidaritas Indonesia Manokwari, Patrix Barumbun Tandirerung, salah satu caleg peraih suara tertinggi di Dapil II untuk DPRD Manokwari pada pemilu 2019 lalu hingga saat ini mengaku belum menentukan sikap pada Pemilu 2024.
“Terus terang saya ditawari menjadi caleg oleh PSI dan beberapa Parpol untuk kembali maju di Dapil II dengan magnet perolehan suara Pemilu lalu. Tapi kita lihat saja kedepan. Saya masih menikmati peran sebagai aparat penegak hukum pada profesi advokat dan ingin fokus pada keluarga. Di lain sisi, ada dinamika kepartaian dan kepemiluan yang perlu dicermati, juga kemungkinan- kemungkinan yg harus dihitung dengan cermat,” kata Bang Che– sapaan akrabnya secara diplomatis, Jumat (13/1) di Amban, Manokwari.
Prinsipnya kata Patrix, politik praktis adalah lingkungan yang sangat realistis. Tidak perlu memaksakan diri masuk di gelanggang politik jika kelemahan dan tantangan lebih banyak daripada peluang dan kekuatan.
Setelah mengundurkan diri sebagai Ketua Umum PSI Manokwari, mantan Pemimpin Redaksi Harian Cahaya Papua ini memilih mengabdikan diri kepada publik melalui profesi advokat.
Kesehariannya kini berkutat pada dunia advokasi baik di dalam maupun luar pengadilan. Ia tercatat sebagai anggota organisasi advokat terbesar di Indonesia, Peradi dan baru-baru ini didapuk sebagai Wasekjend Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Keluarga Alumni STIH Manokwari.
Menurut Patrix, pada tahun 2024, iklim politik akan menjadi sangat dinamis mengingat Pemilu digelar hampir serentak antara Pemilu legislatif dan eksekutif. Polarisasi mulai terasa. Tensinya bisa menjadi lebih tinggi. Sementara pendidikan politik tidak menjadi prioritas. “Akan muncul banyak kerawanan dari situasi ini,” katanya.
Lalu, sistem kepemiluan belum rigid khususnya Pemilu legislatif. Misalnya masih ada polemik antara opsi proporsional tertutup atau terbuka, maupun perubahan Dapil dan lainnya. Sementara parpol banyak yang sudah terlebih dahulu melakukan penjaringan.
Patrix justru dikabarkan sedang mempertimbangkan maju di Dapil IV. Namun menurutnya itu masih wacana. Banyak pihak dan tokoh-tokoh dan masyarakat di wilayah itu yang menurutnya wajib didengar sebelum memutuskan pilihan. Ini bukan saja soal apakah ia dikehendaki oleh masyarakat tetapi juga dalam upaya memetakan agenda-agenda yang perlu diakomodasi di wilayah itu dalam perjuangan politiknya.
“Variabel semacam ini yang perlu dibentuk. Kalau semuanya syarat keterpilihan sudah cukup. Di Dapil manapun bisa,” katanya sembari tertawa kepada Kumparan Papua.
Sebelum berkarir di dunia politik dan advokasi Patrix merintis karir profesionalnya belasan tahun sebagai jurnalis hingga menjadi Pemimpin Redaksi di tempatnya bekerja. Ia juga aktif di sejumlah organisasi kemasyarakatan dan Pemuda di Manokwari.
Pada dua karir profesionalnya ini tercermin kapasitasnya sebagai politisi yang tidak hanya berangkat dari modal sosial dan politik tetapi juga modal intelektual dan pengalaman profesional yang memadai untuk mengemban amanah sebagai anggota legislatif.
Pada Pemilu lalu, Ia meraih suara signifikan bahkan secara personal suaranya lebih banyak dari beberapa caleg terpilih di Dapilnya.
Model kampanye politsi yang mengandalkan dialog dan taktik canvassing dari rumah-kerumah pada Pemilu lalu memberikan legacy tersendiri di tengah fakta massifnya praktik politik uanguang ketika itu. Sayang sekali, meski telah berjuang dengan maksimal, akumulasi suara caleg PSI ketika itu tidak cukup untuk dikonversi menjadi 1 kursi. (*)
